DEFINISI KEMISKINAN
Kemiskinan
didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk memenuhi standar hidup minimum.
Sementara menurut Badan Pusat Statistik (2007) kemiskinan didefinisikan sebagai
pola konsumsi yang setara dengan beras 320 kg/kapita/tahun dipedesaan dan 480
kg beras/kapita/tahun. Sedangkan Kemiskinan sebagaimana yang dirumuskan dalam
konferensi ILO tahun 1976 adalah sebagai minimnya kebutuhan dasar. Kebutuhan
dasar menurut konferensi itu dirumuskan sebagai berikut :
1. Kebutuhan
minimum dari suatu keluarga akan konsumsi privat (pangan, sandang, papan dan
sebagainya).
2. Pelayanan
esensial atas konsumsi kolektif yang disediakan oleh dan untuk komunitas pada
umumnya (air minum sehat, sanitasi, tenaga listrik, angkutan umum, dan
fasilitas kesehatan dan pendidikan).
3. Partisipasi
masyarakat dalam pembuatan keputusan yang mempengaruhi mereka
4. Terpenuhinya
tingkat absolut kebutuhan dasar dalam kerangka kerja yang lebih luas dari hak-hak
dasar manusia.
5. Penciptaan
lapangan kerja (employment) baik sebagai alat maupun tujuan dari
strategi kebutuhan dasar.
Arti kemiskinan manusia secara umum
adalah “kurangnya kemampuan esensial manusia terutama dalam hal
“ke-melek-huruf-an” (kemampuan membaca;literacy) serta tingkat kesehatan dan
gizi”. Selain itu diartikan pula sebagai kurangnya pendapatan sehingga tidak
mampu memenuhi kebutuhan konsumsi minimum
Nugroho
& Dahuri, 2004:165-168 menyatakan kemiskinan merupakan kondisi absolut dan
relatif yang menyebabkan seseorang atau kelompok masyarakat dalam suatu wilayah
tidak mempunyai kemampuan untuk mencukupi kebutuhan dasarnya sesuai dengan tata
nilai atau norma tertentu yang berlaku di dalam masyarakat karena sebab-sebab
natural, kultural dan struktural.
Ø Kemiskinan
natural
Disebabkan keterbatasan kualitas sumber
daya alam maupun sumber daya manusia. Kemiskinan kultural merupakan suatu
kondisi kemiskinan yang terjadi karena dari awalnya memang miskin. Kelompok
masyarakat tersebut menjadi miskin karena tidak memiliki sumberdaya yang
memadai baik sumberdaya alam, sumberdaya manusia maupun sumberdaya pembangunan,
atau kalaupun mereka ikut serta dalam pembangunan, mereka hanya mendapat
imbalan pendapatan yang rendah. kemiskinan natural adalah kemiskinan yang
disebabkan oleh faktor-faktor alamiah seperti karena cacat, sakit, usia lanjut
atau karena bencana alam.
Ø Kemiskinan
struktural disebabkan secara langsung maupun tidak langsung oleh berbagai
kebijakan, peraturan, dan keputusan dalam pembangunan, kemiskinan ini umumnya
dapat dikenali dari transformasi ekonomi yang berjalan tidak seimbang.
Kemiskinan structural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh factor - faktor
buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil, distribusi asset
produksi yang tidak merata, korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi dunia yang
cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu. Munculnya kemiskinan
struktural disebabkan karena berupaya menanggulangi kemiskinan natural, yaitu
dengan direncanakan bermacam-macam program dan kebijakan. Namun karena
pelaksanaannya tidak seimbang, pemilikan sumber daya tidak merata, kesempatan
yang tidak sama menyebabkan keikutsertaan masyarakat menjadi tidak merata
pula,sehingga menimbulkan struktur masyarakat yang timpang. Masalah-masalah
kemiskinan tersebut di atas sebagai suatu “lingkaran setan kemiskinan” yang
meliputi enam unsur, yaitu : Keterbelakangan, Kekurangan modal, Investasi
rendah, Tabungan rendah, Pendapatan rendah, Produksi rendah.
Ø Kemiskinan
kultural
Adalah kemiskinan yang lebih banyak
disebabkan sikap individu dalam masyarakat yang mencerminkan gaya hidup,
perilaku, atau budaya yang menjebak dirinya dalam kemiskinan. Kemiskinan
kultural merupakan suatu kondisi kemiskinan yang terjadi karena kultur, budaya
atau adat istiadat yang dianut oleh suatu kelompok masyarakat. Kemiskinan
kultural mengacu pada sikap hidup seseorang atau kelompok masyarakat yang
disebabkan oleh gaya hidup, kebiasaan hidup dan budaya di mana mereka merasa
hidup berkecukupan dan tidak merasa kekurangan. Kelompok masyarakat seperti ini
tidak mudah untuk diajak berpartisipasi dalam pembangunan, tidak mau berusaha
untuk memperbaiki dan merubah tingkat kehidupannya. Akibatnya tingkat
pendapatan mereka rendah menurut ukuran yang dipakai secara umum. Penyebab
kemiskinan ini karena faktor budaya seperti malas, tidak disiplin, boros dan
lain-lainnya.
Dengan
kata lain, seseorang dikatakan miskin jika dan hanya jika tingkat pendapatannya
tidak memungkinkan orang tersebut untuk mentaati tata nilai dan norma dalam
masyarakatnya.Definisi kemiskinan tidak hanya berdasarkan tingkat pendapatan,
tapi juga mencakup ketidakmampuan di bidang kesehatan, pendidikan dan
perumahan.
Kemiskinan Absolut Dan Kemiskinan
Relatif
Kemiskinan
dapat dipahami sebagai suatu kondisi yang bersifat absolut bila kondisi
seseorang atau suatu rumah tangga diperbandingkan dengan suatu standar tertentu
tanpa memperhitungkan kondisi masyarakat secara umum.
Sedangkan kemiskinan dapat juga
dipandang sebagai suatu kondisi yang bersifat relatif bila kondisi seseorang
atau suatu rumah tangga diperbandingkan dengan taraf hidup masyarakat
sekitarnya.
Jika menggunakan standar absolut,
standar kemiskinan konsumsi (garis kemiskinan) dihitung berdasarkan nilai uang
yang dibutuhkan untuk membayar jumlah kalori minimal yang dibutuhkan untuk
hidup layak dan kebutuhan non-makanan tertentu tanpa memperhitungkan tingkat
konsumsi seluruh penduduk. Di Indonesia, angka kemiskinan absolut dihitung
menggunakan garis kemiskinan (GK). GK
adalah ukuran atau indikator kesejahteraan yang menunjukkan kemampuan daya beli
yang sama dari tahun ke tahun. Kemiskinan absolut ini paling sesuai untuk
digunakan dalam pemantauan program penanggulangan kemiskinan antar waktu.
Jika menggunakan standar relatif,
standar kemiskinan akan dihitung berdasarkan tingkat kemakmuran masyarakat
secara umum. Tentunya standar ini akan
berubah antar-waktu dan antar-tempat. Kemiskinan relatif ini sangat relevan
khususnya apabila Pemerintah dihadapkan pada keterbatasan sumber daya dan
program penanggulangan kemiskinan hanya difokuskan pada segmen termiskin
tertentu, misalnya pada 10% atau 20% termiskin dari populasi. Pada saat inilah
pendekatan kemiskinan relatif lebih tepat untuk digunakan. Berbeda tujuan
dengan kemiskinan absolut yang digunakan untuk evaluasi naik-turunnya tingkat
kemiskinan, pendekatan kemiskinan relatif ditujukan sebagai dasar perhitungan
atau pertimbangan dalam mendesain program yang ditargetkan untuk membantu
masyarakat miskin.
Pada taraf yang lebih luas tujuan
segmentasi kemiskinan dalam pendekatan relatif adalah untuk menyediakan
informasi yang lebih akurat mengenai kondisi distribusi kemiskinan saat ini
agar dapat digunakan oleh program penargetan kemiskinan dalam menyusun strategi
dan jumlah target yang sesuai antara anggaran dan kebutuhan tiap tingkatan
masyarakat atau dapat juga dimanfaatkan untuk menyusun strategi pembangunan
pada setiap level pemerintahan, dari pusat hingga daerah.
Indikator-indikator kemiskinan
sebagaimana di kutip dari Badan Pusat Statistika, antara lain sebagi berikut:
1.
Ketidakmampuan
memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (sandang, pangan dan papan).
2.
Tidak
adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan, pendidikan,
sanitasi, air bersih dan transportasi).
3.
Tidak
adanya jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk pendidikan dan
keluarga).
4.
Kerentanan
terhadap goncangan yang bersifat individual maupun massa.
5.
Rendahnya
kualitas sumber daya manusia dan terbatasnya sumber daya alam.
6.
Kurangnya
apresiasi dalam kegiatan sosial masyarakat.
7.
Tidak
adanya akses dalam lapangan kerja dan mata pencaharian yang berkesinambungan.
8.
Ketidakmampuan
untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental.
9.
Ketidakmampuan
dan ketidaktergantungan sosial (anak-anak terlantar, wanita korban kekerasan
rumah tangga, janda miskin, kelompok marginal dan terpencil).
Faktor-Faktor
Penyebab Terjadinya Kemiskinan
1. Pengangguran
Semakin banyak
pengangguran, semakin banyak pula orang-orang miskin yang ada di sekitar.
Karena pengangguran atau orang yang menganggur tidak bisa mendapatkan
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Padahal kebutuhan setiap manusia
itu semakin hari semakin bertambah. Selain itu pengangguran juga menimbulkan
dampak yang merugikan bagi masyarakat, yaitu pengangguran dapat menjadikan
orang biasa menjadi pencuri, perampok, dan pengemis yang akan meresahkan
masyarakat sekitar.
2. Tingkat pendidikan yang rendah
Tidak adanya
keterampilan, ilmu pengetahuan, dan wawasan yang lebih, masyarakat tidak akan mampu memperbaiki hidupnya
menjadi lebih baik. Karena dengan pendidikan masyarakat bisa mengerti dan
memahami bagaimana cara untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi kehidupan
manusia. Dengan belajar, orang yang semula tidak bisa menjadi bisa, salah
menjadi benar, dsb. Maka dengan tingkat pendidikan yang rendah masyarakat akan
dekat dengan kemiskinan.
3. Bencana Alam
Banjir, tanah longsor,
gunung meletus, dan tsunami menyebabkan gagalnya panen para petani, sehingga
tidak ada bahan makanan untuk dikonsumsi dan dijual kepada penadah atau
koperasi. Kesulitan bahan makanan dan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari tidak dapat terpenuhi.
Langkah - Langkah Mengatasi Masalah
Kemiskinan :
Untuk
itu kiranya pemerintah perlu membuat ketegasan dan kebijakan yang lebih membumi
dalam rangka menyelesaikan masalah kemiskinan ini. Beberapa langkah yang bisa
dilakukan diantaranya adalah :
1.
menciptakan
lapangan kerja yang mampu menyerap banyak tenaga kerja sehingga mengurangi
pengangguran. Karena pengangguran adalah salah satu sumber penyebab kemiskinan
terbesar di indonesia.
2. Memberikan subsidi pada kebutuhan
pokok manusia, sehingga setiap masyarakat bisa menikmati makanan yang
berkualitas. Hal ini berdampak pada meningkatnya angka kesehatan masyarakat.
3. Menghapuskan korupsi.
Sebab korupsi adalah salah satu
penyebab layanan masyarakat tidak berjalan sebagaimana mestinya. Hal inilah
yang kemudian menjadikan masyarakat tidak bisa menikmati hak mereka sebagai
warga negara sebagaimana mestinya.
4. Menggalakkan program zakat.
Di indonesia, islam adalah agama
mayoritas. Dan dalam islam ajaran zakat diperkenalkan sebagai media untuk
menumbuhkan pemerataan kesejahteraan di antara masyarakat dan mengurangi
kesenjangan kaya-miskin. Potensi zakat di indonesia, ditengarai mencapai angka
1 triliun setiap tahunnya. Dan jika bisa dikelola dengan baik akan menjadi
potensi besar bagi terciptanya kesejahteraan masyarakat.
5. Menjaga stabilitas harga bahan
kebutuhan pokok.
Fokus program ini bertujuan menjamin
daya beli masyarakat miskin/keluarga miskin untuk memenuhi kebutuhan pokok
terutama beras dan kebutuhan pokok utama selain beras. Program yang berkaitan
dengan fokus ini seperti :
·
Penyediaan cadangan beras pemerintah 1 juta
ton
·
Stabilisasi/kepastian harga komoditas
primer
6. Meningkatkan akses masyarakat miskin
kepada pelayanan dasar. Fokus program ini bertujuan untuk meningkatkan akses
penduduk miskin memenuhi kebutuhan pendidikan, kesehatan, dan prasarana dasar.
7. Menyempurnakan
dan memperluas cakupan program pembangunan berbasis masyarakat. Program ini
bertujuan untuk meningkatkan sinergi dan optimalisasi pemberdayaan masyarakat
di kawasan perdesaan dan perkotaan serta memperkuat penyediaan dukungan
pengembangan kesempatan berusaha bagi penduduk miskin.
KEBIJAKSANAAN
DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN
Mengingat
adanya dua bentuk kemiskinan yaitu Kemiskinan Absolut (Absolute Poverty) dan
Kemiskinan Relatif (Relative Poverty) maka pemerintah perlu menetapkan
kebijaksanaan (policy; political will), strategi maupun program-program yang
spesifik untuk mengentaskan kedua bentuk kemiskinan tersebut. Kemiskinan
Absolut harus dilihat sebagai prioritas, darurat (emergency) sifatnya dan
memerlukan penanganan jangka pendek sampai menengah, karena biasanya
permasalahan yang dihadapi tidak dapat menunggu terlalu lama dan membutuhkan
program-program yang bersifat dadakan (crash program) Sedangkan pengentasan
Kemiskinan Relatif memerlukan kebijaksanaan, strategi, dan program-program yang
konsisten untuk jangka panjang, karena berkaitan dengan mengubah dan memelihara
pemerataan distribusi pendapatan.
1) Pengentasan
Kemiskinan Absolut.
Pengentasan Kemiskinan Absolut
kerapkali bergelut dengan upaya untuk membebaskan masyarakat dari sindrom-sindrom
kemiskinan. Sindrom kemiskinan di sini meliputi kondisi gizi dan kesehatan yang
buruk, pendidikan/pengetahuan umum yang sangat minimal, sampai kepada sikap
mental berupa keputusasaan, perilaku menyimpang yang bisa berimplikasi
kriminalitas. Sindrom-sindrom tadi pada tahap awal memerlukan crash program
yang sifat rehabilitative. Dengan kata lain, kondisi gizi dan kesehatannya
harus dipulihkan, pendidikan/pengetahuan umumnya ditingkatkan, dan sikap
mentalnya diperbaiki. Selanjutnya dibutuhkan upaya-upaya pemberdayaan
(empowerment) yang bertujuan meningkatkan potensi kemandiriannya sehingga
kembali menjadi manusia yang produktif.
2) Pengentasan
Kemiskinan Relatif.
Sesungguhnya Kemiskinan Relatif
tidaklah mungkin dapat dientaskan. Hal yang mungkin dilakukan adalah
mempersempit kesenjangan antara Kelompok-kelompok Pendapatan (Income Group)
melalui kebijaksanaan pemerintah dan instrumen-intrumen makro ekonomi. Harus
diakui bahwa pada negara-negara yang menganut sistem ekonomi pasar (market
economy), kebijaksanaan dan instrumen-instrumen untuk itu agak sulit untuk
diterapkan. Karena maksud-maksud untuk pemerataan pendapatan seringkali
berbenturan dengan kepentingan untuk pertumbuhan ekonomi itu sendiri. Hal ini
bisa diamati pada negara-negara sedang berkembang di mana pembangunan ekonomi
justru menyebabkan yang kaya semakin kaya dan sebaliknya yang miskin semakin
miskin (ter-proletarianisasi, ter-marjinalisasi).
Menurut Todaro
(1995: pp 174-175) usaha-usaha memperbaiki distribusi pendapatan masyarakat di negara-negara
sedang berkembang dapat ditempuh melalui campur tangan pemerintah yang
meliputi:
v Mengubah
distribusi pendapatan secara fungsional melalui pola kebijakan untuk mengubah
harga-harga faktor secara positif. Misalnya meningkatkan gaji pegawai negeri,
menetapkan upah minimum bagi para pekerja (buruh), kemudahan investasi,
keringanan pajak, subsidi tingkat bunga, keringanan bea masuk, dan sebagainya.
v Mengubah
distribusi pendapatan melalui redistribusi progresif pemilikan harta. Contoh
klasik dan ektrim tentang hal ini adalah Reformasi Lahan (Land Reform). Namun
bentuk reformasi lain sebenarnya cukup luas seperti memprioritaskan kredit
komersil maupun bersubsidi bagi pengusaha-pengusaha kecil, memberi kesempatan
kepada para pekerja untuk turut memiliki saham pada perusahaan, serta
pemberdayaan lembaga-lembaga ekonomi rakyat seperti koperasi, dan lain
sebagainya.
v Mengubah
distribusi pendapatan golongan atas melalui pajak pendapatan dan kekayaan yang
progresif. Dalam hal ini beban pajak dibuat sedemikian rupa sehingga beban yang
lebih berat akan dikenakan pada golongan yang berpenghasilan tinggi.
v Mengubah
distribusi pendapatan golongan lemah melalui pembayaran tunjangan dan
penyediaan barang dan jasa pemerintah. Misalnya , proyek-proyek kesehatan
masyarakat di desa-desa dan di daerah-daerah pinggiran kota, pemberian makan
siang bagi anak-anak sekolah, perbaikan gizi anak-anak balita, pemberian air
bersih serta listrik di pedesaan, tunjangan dan subsidi pangan bagi
daerah-daerah pinggiran kota dan pedesaan yang miskin.
Masalah
kemiskinan di Indonesia sarat sekali hubungannya dengan rendahnya tingkat
Sumber Daya Manusia (SDM). dibuktikan oleh rendahnya mutu kehidupan masyarakat
Indonesia meskipun kaya akan Sumber Daya Alam (SDA). ini mempunyai peran yang
sangat signifikan untuk mengentaskan atau menjerumuskan masyarakat dari
kemiskinan. Sebab ketika meningkatnya peran keikutsertaan pemerintah daerah
dalam penanggulangan kemiskinan. maka tidak mustahil dalam jangka waktu yang
relatif singkat kita akan bisa mengentaskan masyarakat dari kemiskinan pada
skala nasional terutama dalam mendekatkan pelayanan dasar bagi masyarakat. Akan
tetapi ketika pemerintah daerah kurang peka terhadap keadaan lingkungan
sekitar, hal ini sangat berpotensi sekali untuk membawa masyarakat ke jurang
kemiskinan, serta bisa menimbulkan bahaya laten dalam skala Nasional.
Kebijakan
dan Program Penuntasan Kemiskinan Upaya penanggulangan kemiskinan Indonesia
telah dilakukan dan menempatkan penanggulangan kemiskinan sebagai prioritas
utama kebijakan pembangunan nasional. Kebijakan kemiskinan merupakan prioritas
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2004-2009 dan dijabarkan lebih rinci
dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) setiap tahun serta digunakan sebagai acuan
bagi kementrian, lembaga dan pemerintah daerah dalam pelaksanaan pembangunan
tahunan. Sebagai wujud gerakan bersama dalam mengatasi kemiskinan dan mencapai
Tujuan pembangunan Milenium, Strategi Nasional Pembangunan Kemiskinan (SPNK)
telah disusun melalui proses partisipatif dengan melibatkan seluruh
stakeholders pembangunan di Indonesia. Sebagai dasar arus utama penanggulangan
kemiskinan di daerah dan mendorong gerakan sosial dalam mengatasi kemiskinan.
Adapun langkah jangka pendek yang diprioritaskan antara lain sebagai berikut:
a. Mengurangi
kesenjangan antar daerah dengan;
(i)
Penyediaan sarana-sarana irigasi, air
bersih dan sanitasi dasar terutama daerah-daerah langka sumber air bersih.
(ii)
Pembangunan jalan, jembatan, dan dermaga
daerah-daerah tertinggal.
(iii)
Redistribusi sumber dana kepada
daerah-daerah yang memiliki pendapatan rendah dengan instrumen Dana Alokasi
Khusus (DAK) .
b. Perluasan
kesempatan kerja dan berusaha dilakukan melalui bantuan dana stimulan untuk
modal usaha, pelatihan keterampilan kerja dan meningkatkan investasi dan
revitalisasi industri.
c. Khusus
untuk pemenuhan sarana hak dasar penduduk miskin diberikan pelayanan antara
lain
(i)
Pendidikan gratis sebagai penuntasan
program belajar 9 tahun termasuk tunjangan bagi murid yang kurang mampu
(ii)
Jaminan pemeliharaan kesehatan gratis
bagi penduduk miskin di puskesmas dan rumah sakit kelas tiga.
Di
bawah ini merupakan contoh dari upaya mengatasi kemiskinan di Indonesia.
Contoh
dari upaya kemiskinan adalah di propinsi Jawa Barat tepatnya di Bandung dengan
diadakannya Bandung Peduli yang dibentuk pada tanggal 23 – 25 Februari 1998.
Bandung Peduli adalah gerakan kemanusiaan yang memfokuskan kegiatannya pada
upaya menolong orang kelaparan, dan mengentaskan orang-orang yang berada di
bawah garis kemiskinan. Dalam melakukan kegiatan, Bandung Peduli berpegang
teguh pada wawasan kemanusiaan, tanpa mengindahkan perbedaan suku, ras, agama,
kepercayaan, ataupun haluan politik. Oleh karena sumbangan dari para dermawan
tidak terlalu besar bila dibandingkan dengan permasalahan kelaparan dan
kemiskinan yang dihadapi, maka Bandung Peduli melakukan targetting dengan
sasaran bahwa orang yang dibantu tinggal di Kabupaten/ Kotamadya Bandung, dan
mereka yang tergolong fakir. Golongan fakir yang dimaksud adalah orang yang
miskin sekali dan paling miskin bila diukur dengan “Ekuivalen Nilai Tukar
Beras”.
KESIMPULAN
Kemiskinan
dapat didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk memenuhi standar hidup minimum.
Kemiskinan merupakan kondisi absolut dan relatif yang menyebabkan seseorang
atau kelompok masyarakat dalam suatu wilayah tidak mempunyai kemampuan untuk
mencukupi kebutuhan dasarnya sesuai dengan tata nilai atau norma tertentu yang
berlaku di dalam masyarakat. Secara garis besar factor – factor penyebab
kemiskinan yaitu pegangguran, tingkat pendidikan dan bencana alam yang tidak
terduga. Masalah dasar pengentasan
kemiskinan bermula dari sikap pemaknaan kita terhadap kemiskinan. Kemiskinan
adalah suatu hal yang alami dalam kehidupan. Dalam artian bahwa semakin
meningkatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi maka kebutuhan pun akan
semakin banyak. Pengentasan masalah kemiskinan bukan hanya kewajiban dari
pemerintah, melainkan masyarakat pun harus menyadari bahwa penyakit sosial ini
adalah tugas dan tanggung jawab bersama pemerintah dan masyarakat.
SARAN
Dalam
menghadapi kemiskinan di zaman global diperlukan usaha-usaha yang lebih
kreatif, inovatif, dan eksploratif. Selain itu, globalisasi membuka peluang
untuk meningkatkan partisipasi masyarakat Indonesia yang unggul untuk lebih
eksploratif. Di dalam menghadapi zaman globalisasi ke depan mau tidak mau
dengan meningkatkan kualitas SDM dalam pengetahuan, wawasan, skill, mentalitas,
dan moralitas yang standarnya adalah standar global.
kemiskinan
disampaikan oleh beberapa ahli atau lembaga, diantaranya adalah BAPPENAS (1993)
mendefisnisikan keimiskinan sebagai situasi serba kekurangan yang terjadi bukan
karena kehendak oleh si miskin, melainkan karena keadaan yang tidak dapat
dihindari dengan kekuatan yang ada padanya. Levitan (1980) mengemukakan
kemiskinan adalah kekurangan barang-barang dan pelayanan-pelayanan yang
dibutuhkan untuk mencapai suatu standar hidup yang layak. Faturchman dan
Marcelinus Molo (1994) mendefenisikan bahwa kemiskinan adalah ketidakmampuan
individu dan atau rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Menurut Ellis
(1994) kemiskinan merupakan gejala multidimensional yang dapat ditelaah dari
dimensi ekonomi, sosial politik. Menurut Suparlan (1993) kemiskinan
didefinisikan sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya
suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan orang
dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang
bersangkutan. Reitsma dan Kleinpenning (1994) mendefisnisikan kemiskinan
sebagai ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya, baik yang
bersifat material maupun non material. Friedman (1979) mengemukakan kemiskinan
adalah ketidaksamaan kesempatan untuk memformulasikan basis kekuasaan sosial,
yang meliptui : asset (tanah, perumahan, peralatan, kesehatan), sumber keuangan
(pendapatan dan kredit yang memadai), organisiasi sosial politik yang dapat
dimanfaatkan untuk mencapai kepentingan bersama, jaringan sosial untuk
memperoleh pekerjaan, barang atau jasa, pengetahuan dan keterampilan yang
memadai, dan informasi yang berguna. Dengan beberapa pengertian tersebut dapat
diambil satu poengertian bahwa kemiskinan adalah suatu situasi baik yang
merupakan proses maupun akibat dari adanya ketidakmampuan individu berinteraksi
dengan lingkungannya untuk kebutuhan hidupnya.
1 komentar:
PEMBERITAHUAN NOTICE NOTICE.
Saatnya kita semua mulai mencari diri sendiri, nama saya Hussein Anwar dari Surabaya, Indonesia. Namun saat ini tinggal di Kuala Lumpur Malaysia dengan dua daugthers saya.
Saya ingin menggunakan media ini untuk memberi saran dan mendorong semua orang di sini. Mendapatkan pinjaman online tidak semudah kelihatannya, saya mendapat pinjaman online pertama saya di tahun 2011 setelah saya kehilangan istri saya untungnya bagi saya saya dapat bertemu dengan pembayaran saya dan saya melunasi pinjaman dalam waktu yang tepat. Pada bulan Oktober 2017 saya membutuhkan uang untuk membiayai kembali bisnis saya tetapi saya sudah kehilangan kontak dengan perusahaan yang memberi saya pinjaman. Saya mencoba mencari online tetapi saya akhirnya mempercayai sebuah perusahaan pinjaman tanpa iuran, saya telah kehilangan lebih dari Rp25.000.000 sebelum saya menyadari. Saya mendorong semua orang untuk berhati-hati dan pintar ketika mencari pinjaman online, tanda-tandanya jelas TIDAK, saya ulangi DO tidak mempercayai perusahaan peminjam yang menggunakan domain email gratis seperti. @ gmail.com .... @ yahoo.com ...... @ outlook.com atau ...... @ hotmail.com. mereka semua palsu. tidak ada perusahaan pinjaman nyata yang menggunakan surat semacam itu.
Pada bulan Mei 2018, saya mendapat surat dari pos blog dan ketika saya menghubungi saya, saya mendapatkan pinjaman dalam waktu 48 jam setelah menyelesaikan proses verifikasi saya. Terima kasih FINANSIAL GLOBAL ..
jika Anda memerlukan pinjaman bisnis mendesak atau pinjaman pribadi, Anda dapat menghubungi perwakilan pinjaman saya, seorang wanita yang baik dengan nama Sarah Harvey. Saya yakin sebagian besar dari kita mengenalnya karena dia telah membantu banyak orang dari negara kita.
Email.- sarahharvey@myglobalfinancefund.com
TOLONG jangan hubungi dia jika Anda tidak dapat membayar kembali pinjaman Anda atau berniat melarikan diri setelah mendapatkan pinjaman Anda ..
silakan teman-teman, semoga Anda semua yang terbaik, Anda dapat menghubungi saya untuk info lebih lanjut dan bantuan melalui email saya. husseinanwar150@gmail.com
Terima kasih
Posting Komentar